Tampilkan postingan dengan label Seputar Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seputar Anak. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Maret 2014

Obesitas Dan Pencegahan Obesitas Pada Anak

InfoSehat - Anak dikatakan mempunyai berat badan berlebihan jika berat badannya 95% lebih berat dari anak-anak lainnya dengan kategori usia yang sama. Anak yang obesitas, apabila pembentukan jaringan lemaknya terjadi sebelum periode usia 5-7 tahun, memiliki kecenderungan berat badan berlebih saat tumbuh dewasa. Sama seperti orang dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidak seimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar.


Faktor penyebab obesitas pada anak-anak :
  1. Menghabiskan waktu berlebihan untuk  menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain video game.
  2. Mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan lain yang mengandung kadar lemak yang tinggi, makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi dan makanan ringan lainnya.
Obesitas atau berat badan yang berlebihan dapat mengancam kesehatan yaitu dapat menimbulkan penyakit Diabetes Melitus tipe II, terutama pada anak-anak dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus. Penyakit Diabetes Melitus dapat mengakibatkan penyakit  Jantung, penyakit Ginjal, penyakit Tekanan darah tinggi, dan penyakit Stroke.

Cara pencegahan obesitas pada anak :
  1. Mengembangkan gaya hidup sehat pada anak-anak, seperti mengikuti kegiatan olahraga, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.
  2. Mengembangkan pola makan yang sehat pada anak-anak, seperti menghindari makanan cepat saji. Hindari makanan yang mengandung kadar lemak, kadar gula yang tinggi, dan melatih anak-anak makan aneka buah-buahan dan sayuran.
  3. Membatasi anak-anak menonton televisi dua jam perhari atau bisa dengan mengkombinasikan antara menonton televisi dengan bermain komputer dalam waktu dua jam perhari.
Sumber : Doktersehat.com



Minggu, 30 September 2012

Risiko Stroke dan Penyakit Jantung Sudah Nampak Sejak Balita

InfoSehat - Stroke dan serangan jantung sekarang bukan hanya milik orang tua. Akhir-akhir ini, beberapa kasus stroke juga dialami anak-anak yang masih belia. Bahkan sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa anak balita sudah bisa menunjukkan tanda-tanda risiko stroke dan serangan jantung.

Para peneliti dari Oxford University di Inggris menganalisis 63 penelitian yang menyertakan 49.220 orang anak sehat berusia 5 -15 tahun. Berat badan dan faktor-faktor risiko penyakit jantung dan tekanan darah seperti hipertensi, kolesterol tinggi dan kadar glukosa darah dihitung lalu dianalisis.

Indeks massa tubuh (IMT), yaitu perhitungan berat badan dibagi dengan kuadrat tinggi badan, juga dihitung. IMT pada angka 25 - 30 masuk dalam kategori kelebihan berat badan. Jika angkanya lebih dari 30, maka sudah masuk kategori obesitas.

Penelitian tersebut menemukan bahwa balita yang mengalami obesitas menunjukkan tanda-tanda yang dapat meningkatkan risiko stroke atau serangan jantung di kemudian hari. Anak-anak ini mengalami peningkatan tekanan darah, kolesterol dan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risikonya terkena stroke atau serangan jantung hingga 40%.

"Hubungan antara obesitas pada anak-anak dan faktor risiko penyakit jantung jauh lebih besar dari yang kita duga. Besarnya pengaruh obesitas terhadap peningkatan risiko kardiovaskular pada anak-anak sangat mengkhawatirkan, terutama mengenai risiko penyakit jantungnya di masa depan," kata peneliti, Dr Carl Heneghan seperti dilansir Telegraph, Kamis (27/9/2012).

Dalam laporan yang dimuat British Medical Journal, peneliti memaparkan bahwa pada tahun 2010 sampai 2011, sepertiga dari anak-anak berusia 10 sampai 11 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Peneliti memaparkan bahwa obesitas anak-anak merupakan salah satu faktor yang berisiko menyebabkan munculnya penyakit jantung dan stroke di kemudian hari, bahkan ketika anak masih balita. Untungnya, risiko ini dapat diminimalisir dengan berolahraga, menjaga pola makan dan menjaga berat badan.

"Permasalahan kelebihan berat badan ketika masih anak-anak bukan hanya sekedar penampilan saja. Jantung dan pembuluh darah anak-anak ini sudah semakin rusak ketika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas," kata Dr Matius Thompson dari Oxford University.

Sumber : detikHealth

Senin, 12 Maret 2012

Cara Mengatasi Batuk-Sesak Nafas (Croup) pada Anak

InfoSehat - Croup (laryngotracheobronchitis) adalah infeksi virus menular pada saluran napas atas yang menimbulkan batuk dan terkadang kesulitan bernafas, khususnya pada saat menarik nafas.


PENYEBAB
Croup adalah infeksi virus yang menyebabkan mengecilnya saluran pernafasan, khususnya persis di bagian bawah pita suara (larynx). Virus menjadi penyebab umum, namun croup bisa disebabkan juga oleh virus-virus lainnya, seperti virus pernafasan syncytial atau virus influenza.

Meskipun croup sangat sering terjadi terjadi pada musim gugur dan musim dingin, dapat terjadi juga sepanjang tahun. Croup terutama berpengaruh pada anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, meskipun begitu adakalanya berpengaruh pada anak yang lebih muda ataupun lebih tua. Croup disebabkan oleh virus influenza yang kuat dan lebih mungkin terjadi pada anak berusia antara 3 dan 7 tahun. Penyakit ini biasanya menyebar melalui pernafasan dari percikan yang mengandung virus di udara atau berhubungan langsung dengan penderita yang terjangkit melalui percikan dahak.


GEJALA
Croup biasanya diawali dengan gejala awal pilek-hidung meler, bersin, demam ringan dan terkadang batuk. Kemudian anak menjadi sering, batuk dengan suara yang tidak seperti biasanya, atau yang diartikan sebagai “brassy” atau mengonggong. Kadangkala pembengkakan saluran nafas menyebabkan kesulitan bernafas, yang mana lebih terasa ketika menghirup udara (inspiration). Batuk hebat, bisa mengeluarkan bunyi mencicit yang keras dan gaduh (stridor) dapat didengar setiap kali menghirup udara. Semua gejala tersebut umumnya lebih parah pada malam hari dan dapat membuat anak terbangun dari tidurnya. Kondisi anak tersebut biasanya akan membaik pada pagi harinya dan akan memburuk lagi pada malam berikutnya.


DIAGNOSA
Seorang dokter membedakan batuk berdasarkan ciri-ciri gejalanya, khususnya suara batuknya.


PENGOBATAN
Seorang anak yang belum parah menderita batuk dapat dirawat di rumah dan biasanya akan sembuh dalam waktu 3 sampai 4 hari. Anak tersebut harus dibuat nyaman, banyak diberi cairan, dibiarkan istirahat karena kelelahan dan tangisan bisa membuat kondisi menjadi semakin buruk. Alat pelembab rumah (contoh, cool-mist vaporizers atau humidifiers) bisa mengurangi kekeringan udara dan kelegaan bernafas.

Kelembaban bisa cepat ditingkatkan dengan menyalakan shower panas agar kamar mandi beruap. Mengajak anak keluar untuk menghirup udara dingin malam juga bisa membuat saluran pernafasan terbuka secara nyata-beberapa orangtua sering mendapati ketika pernafasan anak kembali normal bersamaan dengan sampainya mereka di rumah sakit.

Anak yang tidak merespon tindakan ini perlu dibawa ke rumah sakit. Anak yang kesulitan bernafasnya meningkat atau berlanjut, detak jantungnya cepat, kelelahan, atau kulitnya pucat kebiru-biruan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit, oksigen diberikan pada saat kadar oksigen di dalam darah rendah. Para dokter biasanya mengobati anak dengan memberi epinephrine dalam alat uap dan memberikan kortikosteroid dengan cara diminum atau disuntikkan. Obat-obatan ini membantu penyusutan jaringan pada saluran pernafasan. Anak yang mengalami kemajuan dengan pengobatan ini diperbolehkan pulang, walaupun pada anak yang mengalami kasus berat diharuskan tetap di rumah sakit. Antibiotik hanya digunakan pada situasi yang jarang ketika seorang anak penderita croup terinfeksi bakteri. Tidak selalu, sebuah ventilator diperlukan. Untungnya, kebanyakan anak penderita croup sepenuhnya bisa sembuh.


PENCEGAHAN
Untuk mencegah sesak napas, mengambil langkah yang sama yang Anda gunakan untuk mencegah pilek dan flu. Sering cuci tangan adalah paling penting. Juga menjaga anak Anda menjauh dari orang yang sedang sakit, dan mendorong anak Anda untuk batuk atau bersin ke sikunya. Untuk mencegah infeksi lebih-serius, tetap imunisasi anak Anda saat ini. The difteri, Haemophilus influenzae tipe b (Hib) dan vaksin campak memberikan perlindungan dari beberapa infeksi yang paling langka - tetapi paling berbahaya - bentuk infeksi saluran napas atas. 


Sumber : spesialis.info 




Senin, 23 Januari 2012

Cara Memberi Makan Anak Agar Tidak Kegemukan

InfoSehat - Mungkin sulit untuk menjaga anak-anak untuk tetap memiliki berat badan normal atau sehat. Para ahli mengatakan bahwa, cara terbaik adalah dengan membiasakan anak untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat.

Dan diet makanan sehat tersebut juga berlaku untuk diri kita sendiri, agar dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Namun, biasanya anak-anak cenderung menyukai makanan yang tampilannya menarik atau makanan manis yang sering diiklankan di berbagai media.

Makanan manis mengandung gula yang tinggi, sehingga tidak sedikit jumlah anak yang mengalami obesitas. Seorang anak dianggap menderita obesitas bila berat badannya sudah 20 persen melebihi berat badan sehatnya.

Penyebab obesitas dapat karena akibat mengonsumsi kalori melebihi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Selain itu mungkin juga karena aktivitas fisik anak terlalu sedikit. Faktor-faktor penyebab obesitas antara lain:

1. Faktor keturunan
Apabila salah satu atau kedua orang tua obesitas, maka anak-anak mereka juga cenderung juga akan mengalami obesitas.

2. Aktivitas fisik kurang
Jika anak banyak menghabiskan waktu di depan televisi, games, atau komputer dapat menyebabkan kalori yang tidak terpakai diubah menjadi lemak

3. Kelebihan makan
Obesitas pada keluarga yang anggota keluarganya tidak ada riwayat obesitas, umumnya disebabkan karena kelebihan makan.

Untuk mencegah anak menjadi obesitas memang harus diajarkan untuk mengonsumsi makanan yang sehat sedini mungkin. Menurut American Academy of Family Physicians cara orangtua untuk mengajarkan mengonsumsi makanan yang sehat untuk anaknya agar tidak kegemukan seperti yang dikutip dari Epharmapedia, Kamis (20/10/2011) adalah:

1. Memberikan diet makanan sehat pada anak
Diet tersebut meliputi makanan yang sehat bergizi dan seimbang, termasuk banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Pastikan untuk menghitung asupan kalori, sesuai dengan usia anak.

2. Batasi minuman manis tidak lebih dari satu porsi per hari.
Anjurkan anak untuk lebih banyak minum air putih, agar anak tidak terlalu banyak mengonsumsi minuman manis.

3. Buatlah kebiasaan diet makanan sehat untuk keluarga.
Makan bersama di meja makan dengan menu makanan sehat dapat membiasakan anak untuk mengonsumsi makanan sehat. Tentunya diet makanan sehat tersebut juga berlaku untuk semua anggota keluarga agar dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak.

4. Jangan menyuruh anak untuk makan ketika tidak lapar atau untuk menghabiskan semua makanan yang sudah ada di piring
Biarkan anak makan secara perlahan-lahan dan berhenti makan ketika mereka mulai merasa kenyang. Jangan dipaksa untuk menghabiskan makanan yang sudah diambil anak ke piring yang ia pakai.

5. Jika ingin memberikan hadiah untuk anak, tawarkan hadiah selain makanan.
Jika memberikan hadiah pada anak berupa makanan mungkin dapat membuat anak terlalu berorientasi terhadap makanan. Sehingga sebaiknya jika akan memberikan hadiah pada anak jangan berupa makanan.

6. Batasi makanan cepat saji.
Pada makanan cepat saji biasanya mengandung kalori tinggi. Sehingga apabila anak sering mengonsumsi makanan cepat saji, dapat menyebabkan obesitas.

sumber : balita-anda.com

Minggu, 22 Januari 2012

Sukrosa, Penyebab Obesitas pada Anak

InfoSehat - Rekomendasi dan regulasi pediatrik terbaru tidak mengizinkan penambahan sukrosa ke dalam susu formula bayi karena sukrosa berlebih terbukti menimbulkan masalah pada anak seperti obesitas dan karies pada gigi, kata pakar kesehatan.

Obesitas pada anak mengalami peningkatan pesat seperti dalam penelitian yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di mana pada 1990 jumlah anak yang mengalami obesitas sebanyak 26,9 juta dan meningkat menjadi 42,8 juta anak pada 2010.

Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, jumlah anak yang mengalami obesitas sebanyak 12 persen pada kelompok usia 0-5 tahun, 10 persen pada kelompok anak laki-laki umur 6-14 tahun, 6 persen pada anak perempuan 6-14 tahun dan 19 persen pada anak berusia diatas 15 tahun.

Risiko karies gigi pada anak juga meningkat jika diberikan konsumsi sukrosa lebih awal pada bayi untuk jangka waktu yang lama, seperti yang dimuat dalam jurnal yang dipublikasi oleh Institute of Medicine pada 2005 dan The American Academy of Pediatric Dentistry pada 2008.

"Karies dapat dicegah dengan menghindari pemberian sukrosa pada makanan bayi, termasuk pada susu formula bayi dan menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap kali anak usai makan dan minum susu," kata Suryawan.

Untuk menghindari risiko-risiko itu, Koordinator Pelayanan Masyarakat Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI Dr Inge Permadhi, MS,SpGK sekali lagi mengingatkan para orang tua untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi di bawah usia enam bulan.

Komposisi ASI tidak mengandung sukrosa atau gula meja namun mengandung laktosa (gula susu) yang tidak hanya menyediakan 40 persen energi namun juga mendukung pertumbuhan flora usus yang sehat dan meningkatkan imunitas bayi melawan bakteri patogen.
Namun jika bayi membutuhkan susu formula karena ada hambatan dari pemberian ASI eksklusif, Inge mengatakan, orang tua harus cerdas dalam memilih makanan bagi bayi.

"Seorang ibu harus mengerti cara memilih susu formula dengan memahami cara membaca komposisi bahan baku yang tercantum dalam label kemasan," ujar Inge.


Ia mengatakan, asupan sukrosa dan kesukaan akan rasa manis tidak hanya meningkatkan risiko obesitas tapi juga akan mempengaruhi kecukupan asupan mikronutrien yang akan mengganggu pertumbuhan anak.

Sumber : republika.co.id

Inilah Cara Ajarkan Sikat Gigi yang Benar untuk Anak

InfoSehat - Mengajarkan sikat gigi yang benar memang bukan pekerjaan mudah. Namun, tentu saja, tidak berarti bapak dan ibu harus menyerah begitu saja. Sebaiknya, sejak dini ajarkan anak cara menggosok gigi yang benar agar terhindar dari gangguan gigi dan mulut.

 
Menurut Prof Dr drg Melanie Sadono Djamil dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, memang sebaiknya anak diajarkan sedini mungkin menyikat gigi yang baik dan benar. Anak diajarkan menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam. 

Untuk siang hari setelah makan atau sehabis ngemil, anak dibiasakan berkumur dengan air putih. Berkumur akan menghilangkan sisa makanan di sela gigi. Juga untuk menetralkan tingkat keasaman rongga mulut.

Anak juga harus diajarkan teknik sikat gigi yang baik dan benar. “Sebaiknya sikat gigi satu jam setelah makan. Kalau kurang dari satu jam dikhawatirkan justru terjadi abrasi pada gigi. Teknik sikat gigi utama adalah seperti mencungkil arah gusi ke gigi dan memutar. Padahal kebanyakan orang sikat gigi arah maju mundur, teknik ini jelas salah. Salah teknik bisa menyebabkan pengikisan email. Terutama di daerah leher gigi yang memiliki email paling tipis,” kata Melanie. 

Dia juga sering menerapkan metode “merah putih” untuk mengajarkan sikat gigi pada anak. Merah untuk gusi dan putih gigi. Arah menyikat gigi adalah dari gusi ke gigi.

Teknik lain adalah memutar yang bertujuan untuk membersihkan bagian dalam mulut. Melanie tidak menampik bagian ini paling sulit dilakukan. 

Pada satu kali sikat gigi terdapat 30 sampai 40 kali gerakan memutar untuk seluruh bagian rongga mulut bagian ini mencakup luar dan dalam untuk kanan, kiri, depan, dan belakang gigi. Sedangkan untuk gerakan mencungkil diulang dua sampai tiga kali pada setiap bagian. Dengan asumsi satu gerakan satu detik maka dibutuhkan dua sampai tiga menit untuk sikat gigi.

Bukan hal yang mudah mengajarkan sikat gigi. Karena itu Melanie menyarankan pendampingan total ibu dan ayah kepada anak. Bagi orang tua yang bekerja, Melanie menyarankan, selalu mengingatkan pengasuh atau orang-orang terdekat anaknya untuk menjaga kebersihan gigi. “Anak akan mencontoh orang dewasa. Jika orang dewasa tidak mnyikat gigi, maka anak akan melakukan hal yang sama. Jadi ingatkan diri dan orang-orang sekitar anak Anda untuk rajin sikat gigi,” ujarnya.

Sumber : republika.co.id

Cara Jitu untuk Penuhi Kebutuhan Nutrisi Anak

InfoSehat - Memikirkan cara untuk memenuhi nutrisi yang seimbang untuk anak memang kadang membuat hampir frustasi. Anak seringkali pilih-pilih makanan, dan cenderung hanya mau makan makanan yang disukai saja. Banyak orangtua khawatir mengenai apa yang dimakan anak-anaknya dan khawatir bahwa anak akan kekurangan gizi.
Kira-kira bagaimana cara yang paling efektif untuk dapat memenuhi nutrisi anak?

Pertimbangkanlah mengenai tips-tips untuk dapat memenuhi nutrisi anak berikut seperti dikutip dari MayoClinic, Jumat (20/1/2012) antara lain:

1. Menghormati selera makan anak

Jika anak memang sedang tidak tidak lapar, maka jangan memaksakan untuk mau makan. Demikian juga, jangan memaksakan menyuapkan makanan bergizi yang tidak disukai oleh anak. Hal tersebut justru akan membuat anak semakin keras kepala mempertahankan selera makan yang diinginkan.

Sajikan menu makanan sehat dengan porsi kecil untuk menghindari respon pertahanan diri dari anak. Serta beri kesempatan anak untuk secara mandiri meminta makanan yang dia inginkan. Secara perlahan-lahan, beri pengertian pada anak untuk memilih menu makanan yang sehat.

2. Berikan makan dengan jadwal rutin

Sajikan makanan dan makanan ringan di sekitar waktu yang sama setiap hari. Membiarkan anak untuk meminum jus atau susu sepanjang hari dapat menurunkan nafsu makan. Jika anak dibiasakan dengan jadwal rutin, maka akan dapat mengaktifkan alarm tubuh mengenai kebutuhan makan.

3. Bersabarlah mengenalkan makanan baru

Anak-anak sering menyentuh atau mencium makanan baru. Bahkan dapat memuntahkan makanan baru tersebut kalo memang tidak menyukainya. Doronglah anak dengan berbicara tentang warna makanan, bentuk, aroma dan tekstur bukan mengenai rasanya. Sajikan makanan baru bersama dengan makanan favorit anak.

4. Menyajikan makanan dengan lebih menarik

Sajikan brokoli dan sayuran lainnya dalam saus favorit. Potong makanan dalam berbagai bentuk dengan cetakan kue.

5. Meminta anak untuk membantu memilih makanan

Meminta anak untuk membantu memilih buah-buahan, sayuran dan makanan sehat lainnya. Ketika di rumah, meminta anak untuk membantu mencuci sayuran atau mengaduk adonan.

6. Memberikan contoh yang baik

Jika orang tua juga menerapkan makanan sehat untuk diri sendiri, tentunya anak juga akan lebih mengikuti.

7. Menyajikan makanan dengan lebih kreatif

Menyajikan makanan sehat dengan lebih kreatif, dapat membuat anak lebih tertarik untuk memakannya. Tambahkan brokoli cincang atau paprika hijau untuk saus spaghetti, menaburi sereal dengan irisan buah.

8. Meminimalkan gangguan

Matikan televisi dan gadget elektronik lainnya selama makan. Tindakan tersebut akan membantu anak fokus untuk makan. Perlu diketahui bahwa iklan televisi mungkin juga mendorong anak untuk menginginkan makanan manis.

9. Jangan menawarkan permen atau makanan manis lainnya sebagai hadiah

Menawarkan permen atau makanan manis lainnya sebagai hadiah mengirimkan pesan bahwa makanan penutup merupakan makanan terbaik, yang mungkin hanya meningkatkan keinginan anak untuk makan permen.

10. Jangan menyajikan makanan secara terpisah-pisah

Menyajikan makanan secara terpisah-pisah dapat mendorong anak untuk pilih-pilih makanan. Memberikan pengertian pada anak bahwa tiap komponen makanan memiliki fungsinya masing-masing. Sehingga setiap komponen makanan harus dikonsumsi dengan jumlah seimbang 
 
(detikhealth)