Tampilkan postingan dengan label Arsitektur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Arsitektur. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 Juli 2015

Rumah Tradisional Kudus ( Arsitektur Vernakular Indonesia )

KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL KUDUS 
Oleh : Agung Budi Sardjono




ABSTRAK 
Arsitektur rumah tradisional Kudus mempunyai keunikan-keunikan disamping banyak persamaan dengan rumah tradisional Jawa pada umumnya. Saat ini jumlah rumah adat Kudus sangat sedikit, oleh karena itu penggalian pengetahuan mengenai rumah adapt Kudus mendesak untuk dilakukan. Tulisan ini bertujuan mengungkapkan keunikan rumah tradisional Kudus terutama pada aspek Konstruksi bangunannya. Sebagai pembanding bahasan diambil konsep rumah tradisional Jawa secara umum dari penelitian yang pernah dilakukan. Diskripsi tentang konstruksi rumah dibahas lebih dahulu kemudian dihubungkan dengan konsep, selanjutnya dikembangkan dengan menyinggung budaya masyarakat setempat. Kata Kunci : konstruksi, rumah, tradisional

LATAR BELAKANG
Arsitektur rumah tradisional Kudus merupakan salah satu fariasi rumah tradisiopnal Jawa yang pernah berkembang pesat pada masa kejayaan perekonomian masyarakat kudus lama. Saat ini kondisi rumah adat ini sangat memprihatinkan. Kabar terakhir rumah adat yang masih lengkap tinggal satu buah di Kudus (Kompas 30 Desember 2006). Ratusan rumah adat yang lain telah dijual ke berbagai kota dan negara karena bagi waris. Rumah adat Kudus dibuat dari kayu dengan konstruksi knock down sehingga memungkinkan dibongkar pasang dan dipindah ke tempat lain tanpa merusak fisik bangunannya. Peninggalan budaya yang sangat berharga ini mungkin tidak lama lagi akan hilang tanpa bekas kalau tidak ada perhatian serta apresiasi terhadapnya. Salah satu cara mengapresiasi adalah dengan mengenal lebih dalam arsitektur rumah adat kudus. Salah satu bagian yang unik adari rumah tradisional Kudus adalah konstruksi bangunannya. *) Pengajar pada Jurusan Arsitektur Fakultas teknik Universitas Diponegoro

KONSEP BANGUNAN TRADISIONAL JAWA
Rumah merupakan manifestasi dari kesatuan makrokosmos dan mikrokosmos serta pandangan hidup masyarakat Jawa. Pembagian ruangan pada bangunan Jawa didasarkan atas klasifikasi simbolik yang diantaranya berdasarkan dua dua kategori yang berlawanan atau saling melengkapi yang oleh Tjahjono (1990) disebut sebagai dualitas (duality). Selain itu ada pemusatan (centralitas) dalam tata ruang bangunan. Rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan, yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan dalem (ruang inti keluarga). Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut dengan emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari dua bagian (depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang). Bagian belakang terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah. Orientasi bangunan adalah arah selatan. Bangunan Tradisional Jawa menurut Dakung (1987) dibedakan menjadi lima klasifikasi menurut bentuk atapnya, yaitu: atap Panggang Pe, atap Kampung, atap Limasan,. Atap Joglo dan atap Tajug. Dari klasifikasi tersebut terdapat hirarki kesempurnaan atau keutamaan dilihat dari kompleksitas strukturnya, teknik pengerjaannya, jumlah material bangunan, biaya serta tenaga yang digunakan. Menurut Tjahjono perbedaan bentuk pada rumah Jawa menunjukkan status social, sedangkan persamaan dalam susunan ruang menandakan adanya pandangan hidup yang diwujudkan melalui aturan-aturan dalam kehidupan rumah tangga.

KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL KUDUS
Rumah tradisional kudus bukan merupakan bangunan tunggal tetapi kesatuan dari beberapa bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal serta tempat melakukan aktifitas sehari-hari di rumah, termasuk berdagang atau tempat produksi dari industri rumah tangga. Pola tata bangunan terdiri dari bangunan utama atau dalem, jogosatru di depan serta pawon di samping. Halaman terletak ditengah tapak, diseberang halaman terdapat kamar mandi, serta sisir. Regol terletak di samping halaman. Halaman merupakan unsur yang penting dan selalu ada, halaman mengikat ruang-ruang di sekitarnya menjadi satu kesatuan rumah. Memisahkan bangunan utama yang prifat dengan sumur dan sisir yang merupakan daerah serfis. Menjadi perantara daerah luar dan daerah dalam. Bentuk bangunan tradisional kudus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki. Bagian kepala bangunan pada masing-masing unit bangunan berbeda . Dalem beratap joglo tinggi atau biasa disebut dengan pencu, jogosatru beratap panggang pe (sosoran), Pawon beratap kampung dengan sosoran dobagian depan atau disebut dengan atap kampung gajah ngombe. Sosoran ini menggabungkan dalem, pawon dan jogosatru. Kamar mandi beratap kampung atau panggang pe sedangkan sisir beratap kampung. Regol beratap kampung atau limasan. Beberapa fariasi bentuk atap dijumpai pada bangunan. Dalem pada umumnya beratap pencu, namun juga ada yang beratap limasan, kampung atau kampung dorogepak. Dijumpai pula atap pawon yang menyatu dengan dalem membentuk atap yang memanjang berbentuk limasan atau kampung. Bagian badan bangunan ditandai dengan adanya 3 pintu pada jogosatru serta satu pintu pada pawon. Pintu utama jogosatru terletak di tengah, berupa pintu inep berdaun dua. Dua buah pintu yang lain mengapit pintu utama, berlapis dua. Pintu dalam berupa gebyog yang bisa digeser, pintu luar berupa pintu sorong kerawangan setengah dinding. Pintu pawon rangkap dua sebagaimana pintu pengapit pada jogosatru. Jendela jarang terdapat pada bagian depan. Kalau ada berupa sepasang jendela kecil berjeruji pada dinding gebyog. Kaki bangunan berupa pondasi atau bebatur yang berudak-undak. Peil lantai bangunan terletak cukup tinggi dari tanah, makin ke dalam makin tinggi. Pada emper terdapat anak tangga untuk mencapai lantai jogosatru. Struktur rumah tradisional kudus merupakan struktur rangka kayu. Dibuat sedemikian rupa sehingga setiap bagiannya dapat dibongkar pasang. Secara umum struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni rangka atap (empyak), kolom (cagak) dan pondasi (bebatur). Batur atau pondasi mertupakan pondasi menerus dari bahan batu kali, pondasi ini membentuk peil lantai yang tinggi dan berundak-undak mulai dari jogosatru sampai ke dalem. Pondasi digunakan sebagai alas perletakan balok kerangka rumah yang merupakan balok kayu dengan dimensi besar (20X30 yang diletakkan tidur). Pondasi umpak (pondasi setempat) dari batu bata dipakai pada sko guru, bentuk umpak tinggi di atas lantai, kadang-kadang ada yang sampai setinggi 2 meter. Lantai pada jogosatru menggunakan ubin atau batu bata sehingga pondasi lebih dahulu diurug tanah. Pada bagian dalem digunakan lantai papan kayu (gladagan) dengan kerangka balok-balok kayu. Ruang dibawah geladag dibiarkan kosong, atau kadang-kadang dimanfaatkan untuk penyimpanan rahasia. Lantai pada dalem ini mengingatkan akan konstruksi rumah panggung yang merupakan konstruksi rumah tradisional yang umum di kawasan Asia Tenggara. Konstruksi ini dimaksudkan untuk mengatasi kondisi alam serta binatang. Daerah Kudus yang dahulunya merupakan daerah rawa-rawa kemungkinan merupakan sebab rumahrumah di daerah ini berlantai panggung untuk mengatasi kelembaban lantai serta banjir. Pada rumah tradisional kudus konstruksi ini tetap dipertahankan tetapi dengan menambah pondasi menerus pada keliling bangunan. Dinding dapat dibedakan menjadi dua, yakni dinding pengisi yang menutup dan membatasi ruang dan rangka dinding yang menyangga beban dari atap. Penyangga atap yang utama pada konstruksi rumah beratap joglo adalah soko guru, yakni empat tiang utama yang menyangga brunjung. Keempat soko guru pada bagian atas dirangkai oleh dua batang balok. Balok sebelah bawah (sunduk kili) dipasang berdiri, berfungsi untuk menstabilkan konstruksi. Balok sebelah atas disebut tutup kepuh, dipasang tidur dan menyangga susunan balok tumpang. Diantara sunduk kili dan tutup kepuh terdapat ganjal yang disebut santen berbentuk kelopak bunga. Di atas tutup kepuh terdapat susunan balok yang disebut tumpang. Jumlah balok tumpang selalu ganjil antara tiga sampai 17 tingkat. Umumnya berjumlah 9 tingkat. Jumlah susunan ini mencerminkan tingkat kualitas rumah. Semakin tingga maka rumah dibuat dengan kualitas pembangunan semakin mewah. Pada ruang jogosatru terdapat tiang tunggal yang disebut soko geder. Soko ini berfungsi membantu mendukung blandar utama di atas jogosatru, keberadaan tiang ini lebih mempunyai arti simbolis daripada fungsi strukturalnya. Tanpa adanya tiang ini blandar utama sudah didukung oleh konsol dari dua kolom yang mengapit pintu utama dalem. Mengapa balok besar ini bisa terletak agak ditengah ruang?. Hal ini terjadi karena perluasan ruang Jogosatru. Ruang yang sebenarnya adalah emperan rumah diperluas dan ditutup dengan dinding gebyog menjadi ruang tamu. Untuk mendapatkan ruang yang lebih luas dinding dalem diundurkan dari garis yang seharusnya. Yakni garis dimana terdapat balok dinding dan tempat jatuhnya jurai. Hal ini dapat dilihat pada jatuhnya dudur yang tidak pada dinding dalem tetapi maju lebih kurang 1meter. Dudur disangga oleh belandar utama yang melintang sepanjang lebar bangunan, mulai dari gogosatru sampai ke pawon. Kemiringan atap pada bagian ini mengantarai kemiringan atap jogosatru yang rendah dengan atap dalem yang lebih tinggi. Kemiringan atap berjenjang empat ini membentuk atap pencu khas kudus. Yakni atap joglo dengan empat tahapan kemiringan. Gebyog atau dinding pengisi dari kayu merupakan konstruksi yang tidak memikul beban. Ada dua macam dinding kayu pada rumah tradisional kudus. Yang pertama adalah dinding kayu yang disusun dari elemen panil-panil kayu. Elemen ini terdiri dari bilah kayu panjang (3X12) yang merupakan rangka pembentuk gebyog serta elemen pengisi dari papan kayu (2X30). Dua elemen ini dirangkai dengan sambungan pen dan alur. Susunan panil-panil ini membentuk pola yang khas pada fasade rumah kudus. Gebyog ini terdapat pada keempat sisi ruang jogosatru. Dinding pengisi yang kedua merupakan lembaran tipis (seperti multipleks, tebal + 0,8 cm), namun berbeda dengan multipleks yang tersusun dari lembaran kayu tipis yang direkatkan dengan lem, dinding tipis ini merupakan potongan kayu yang utuh. Papan tipis ini dipasangkan secara melengkung dengan dijepit dibagian atas dan bawah dengan dan dipegang disisi kanan kirinya dengan kolom kecil. Pemasangan panil lengkung macam ini dimaksudkan agar konstruksi tetap mempunyai kekuatan dan kekakuan karena bentuknya, walaupun terbuat dari lembaran tipis. Atap joglo pencu pada rumah tradisional kudus mempunyai bentuk yang agak berbeda dengan joglo biasa. Pada atap joglo pencu terdapat 3 sampai 4 tingkat kemiringan yang makin ke atas makin tinggi sehingga tampak menjulang. Tingkatan kemiringan ini dibentuk oleh posisi dudur dan bladar. Atap paling bawah dibentuk oleh dudur dan blandar diatas gebyog jogosatru. Kemiringan atap kedua dibentuk oleh dudur yang menghubungkan belandar dijogosatru dengan belandar diatas gebyog dalem. Kemiringan ketiga dibentuk oleh dudur yang menghubungkan belandar dalem dengan balok tumpang sari, dan yang terakhir dibentuk oleh dudur di atas tumpangsari yang disebut brunjung. Konstruksi bukaan dinding pada jogosatru sangat unik. Terdapat 3 macam pintu sebagaimana dikemukakan di depan. Pintu utama berupa pintu ayun ganda atau biasa disebut dengan pintu kupu tarung, diletakkan di tengah. Pintu ini berupa pintu kayu massif dengan engsel samping dan dilengkapi dengan selarak di sisi dalam. Pintu ini merupakan pintu utama rumah, namun pintu ini hanya dibuka pada saat-saat tertentu ketika ada acara-acara resmi. Kembaran pintu tengah adalah pada pintu dalem, namun biasanya mendapat sentuhan ornamentasi yang lebih rumit, terutama pada bingkai atau kosennya. Pintu ke dua dan ketiga merupakan pintu pengapit dari pintu utama. Di sisi dalam berupa dinding gebyog yang dapat digeser-geser. Railing kayu dan penggantung terdapat di sebelah atas pintu. Gebyog ini massif tanpa pelobangan. Bentuknya persis sama dengan modul dinding gebyog di sebelahnya. Gerendel pintu ada di sisi samping gebyog. Pada sisi luar gebyog geser ini terdapat pintu geser. Tinggi pintu setengah dinding (140cm) dan berupa pintu kerawangan. Rangka pintu berupa kayu papan 3x20 di sisi atas dan bawah, kayu 3x10 di samping yang sekalian menjadi penggantung. Di bagian tengah berupa trails kayu tegak dengan bilah kayu 2x2 yang dipasang berdiri diagonal. Pintu pengapit ini lebih sering digunakan sehari-hari. Pada kondisi terbuka ketika sedang menerima tamu atau ada kegiatan di jogosatru kedua pintu di geser. Ketika tidak ada kegiatan tetapi yang empunya rumah ada di dalam, pintu sorong yang ditutup sementara gebyog dibiarkan terbuka

PENUTUP
Rumah tradisional Kudus pada dasarnya adalah Rumah Jawa dari Tipe Joglo. Tata ruang rumah Kudus sama dengan tata ruang rumah jawa, terutama pada rumah induk (dalem), demikian juga dengan konstruksi dan materialnya. Fariasinya lebih terletak pada kekayaan ornamentasi, kehalusan konstruksi pada elemen bangunannya. Serta penyesuaian ruang dari aktifitas sehari-hari yang khas pada penduduk Kudus. Kemampuan ekonomi masyarakat Kudus saat itu memberi kesempatan untuk mengeksplorasi konstruksi lebih lanjut namun tetap pada tatanan tradisi yang baku. Kehidupan sosial yang agak jauh dari pengaruh veodal di pedalaman Jawa yang seolah digantikan dengan pengaruh agama Islam menjadikan masyarakat Kudus mempuyai ciri budaya yang khas. Budaya ini tercermin pada bentuk rumah tinggalnya. Jogosatru sebagai salah satu contoh sebenarnya tidak lain merupakan emperan pada rumah jawa yang mengalami perkembangan bentuk karena kegiatan di dalamnya. Ruang yang tadinya terbuka dan sempit memanjang didepan dalem kemudian menjadi lebih tertutup dengan adanya dinding dengan bukaannya, serta lebih lebar dengan menggeser dinding dalem di sisi dalam. Jogo satru kemudian berkembang menjadi ruang tamu. Pada Jogosatru inilah sebagian besar aktifitas sosial berlangsung. Adaptasi budaya Jawa yang tercermin pada bentukan arsitekturnya ini mungkin banyak terjadi pula di daerahdaerah lain di Jawa, sayang sekali kalau harus hilang tanpa sempat mempertahankan atau paling tidak mempelajarinya.

Komputer Grafis

Denah Studio Perancangan Arsitektur 2

Sabtu, 25 April 2015

Cara menggunakan autocad untuk pemula

cara menggambar dengan autocad itu mudah, kelebihan menggambar dengan autocad dibanding secara manual menggunakan rapido atau pensil adalah:
  • menggambar dengan autocad biayanya lebih murah
  • suatu saat ada revisi kita tidak perlu menggambar ulang
  • lebih mudah untuk  memodelkan desain yang menarik
  • hasilnya lebih rapi dibanding manual
  • tidak membutuhkan banyak tempat.
perlu diketahui sebelumnya bahwa autocad menggunakan koordinat X, Y. x kanan adalah positif, Xkiri adalah negatif, Y atas adalah positif, Y bawah adalah negatif
letak commad ada dibawah sebelah kiri
dibawah ini adalah sebagian cara menggambar bentuk dengan autocad
cara menggambar garis dengan autocad
cara 1
  • pada command ketik ” LINE ” atau bisa disingkat ” L” tanpa tanda kutip
  • kemudian enter
  • klik titik awal garis yang mau dibuat
  • arahkan mouse sesuai arah garis
  • ketik : panjang garis
  • enter
  • selesai
cara 2
  • pada command ketik ” LINE ” atau bisa disingkat ” L” tanpa tanda kutip
  • kemudian enter
  • klik titik awal garis yang mau dibuat
  • ketik “@panjang garis<sudut” misal @100<45
  • enter
  • selesai
cara 3
  • pada command ketik “line ” atau bisa disingkat “L” tanpa tanda kutip
  • kemudian enter
  • klik titik awal garis  yang mau dibuat
  • klik titik akhir garis yang mau dibuat
  • enter
  • selesai
cara menggambar segi empat dengan autocad
  • pada command ketik ” RECTANGLE ” atau bisa disingkat ” REC” tanpa tanda kutip
  • kemudian enter
  • klik titik awal segi empat yang mau dibuat
  • ketik “@panjang arah x,panjang arah y” contohnya @100,200 untuk arah ke bawah sunbu y bisa diganti -200, dan untuk arah kekiri sumbu x bisa di ganti -100
  • enter
  • selesai
cara menggambar lingkaran dengan autocad
  • Pada commang ketik ” circle” atau bisa disingkat “C” tanpa tanda kutip
  • kemudian enter
  • klik letak titik pusat lingkaran
  • ketik diameter lingkaran
  • enter
  • selesai
cara merubah gambar 2 dimensi menjadi 3 dimensi
  • pada command ketik “extrude” atau bisa disingkat ” EXT” tanpa tanda kutip.
  • klik object yang akan diberi ketinggian
  • ketik tinggi object
  • selesai
cara menghapus object pada autocad
  • pada command ketik “erase” atau bisa disingkat “E” tanpa tanda kutip
  • klik object yang akan dihapus
  • enter
  • selesai
cara memindahkan object pada autocad
  • pada command dibawah ketik “move” atau bisa disingkat “m” tanpa tanda kutip
  • klik benda yang akan di pindah
  • klik titik pada object
  • klik tempat dimana object mau dipindahkan
  • enter
  • selesai
cara menggandakan object pada autocad
  • pada command ketik “copy” atau bisa disingkat “co” atau “cp” tanpa tanda kutip
  • klik object yang mau di copy
  • klik tempat dimana object hasil copyan mau diletakan
  • enter
  • selesai
Untuk selengkapnya kita bisa belajar autocad online di website
kursus cad
demikian kurang kebih caranya, yang sebenarnya masih banyak lagi.. kalau ada tambahan  bisa dimasukan dibawah ya, semoga berguna

Eco-office (Kantor Ramah Lingkungan)

http://www.indonesiagreenproduct.com/eco-office-kantor-ramah-lingkungan/

Tri Hendro A. Utomo, 2009

Berbagai macam reaksi orang ketika membaca berita tetang kerusakan lingkungan yang terjadi. Ada yang langsung pindah ke berita yang lain, seolah-olah berita itu sudah lajim terjadi. Ada yang berdecak sambil menggelengkan kepalanya menggambarkan seolah-olah turut merasakan apa yang terjadi dan merasa kekecewaan, namun langsung mencari berita lain sembari menyalahkan orang lain yang menjadi penyebab kerusakan tersebut. Selain itu ada juga yang langsung merasa kecewa terhadap apa yang terjadi dan berpikir apa yang bisa dilakukannya. Namun reaksi yang lebih parah lagi yaitu, ada yang mem “blow-up“ berita tersebut untuk kemudian mendapatkan keuntungan dari kejadian tersebut.
Memang tanpa kita sadari permasalahan lingkungan lambat laun akan semakin parah. Isu perubahan iklim dan pemanasan global menjadi salah satu isu utama pada saat ini, yang dampaknya sudah mulai kita rasakan. Banyak dan bahkan sudah teramat banyak berita baik di media elektronik dan cetak yang mengabarkan hal tersebut. Lalu apa reaksi kita setelah membaca, melihat atau mendengarkan berita tersebut. Apakah kita langsung mencari berita lain, atau sekedar mengutuk orang lain yang kita anggap bertanggungjawab. Atau segera mematikan lampu yang tidak berguna, menaikkan suhu AC di ruangan, atau mematikan peralatan yang menggunakan listrik di ruangan karena akan meninggalkan ruangan.

Eco-Office

Tanpa kita sadari banyak hal-hal kecil yang dapat kita lakukan yang tanpa atau kita sadari dapat mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan lingkungan, salah satunya apa yang kita dapat lakukan di dalam aktifitas perkantoran. Eco-office, mungkin sering kita dengar istilah ini, istilah yang pasti bukan dari negara kita tercinta. Konsep ini diyakini dapat mengurangi konsumsi keperluan perkantoran serta penggunaan energi, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang selanjutnya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada perbaikan lingkungan. Sebagai salah satu contoh yaitu, dengan bijak menggunakan listrik di kantor diharapkan dapat mengurangi penggunaan energi yang berarti mengurangi penggunaan bahan bakar sebagai penghasil energi listrik yang merupakan salah satu kontributor pencemaran udara.
Banyak instansi atau institusi yang mengklaim telah menerapkan konsep eco-office dengan berbagai macam variasi dan lingkup penerapan yang disesuaikan dengan tujuan penerapannya. Memang belum ada definisi yang jelas mengenai eco-office, namun tidaklah terlalu penting untuk membahas definisinya, yang terpenting apa yang kita bisa lakukan untuk perbaikan lingkungan dan mulailah melakukannya. Namun definisi dan batasan tersebut dapatkan didefinisikan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dituju dalam rangka penerapan eco-office tersebut.

The smallest scale is the environmental management of a municipality‘s buildings – for example, the promotion of eco-offices with measures for reduction of energy, water use, and solid waste, increased recycling, green procurement and appropriate control of chemicals”.

Steve Halls (UNEP): „Developing a Framework for a City-level EMS: Implications for Climate Protection“
Dari tulisan tersebut mugkin bisa memberikan gambaran (hanya gambaran) mengenai kegiatan apa saja yang bisa kita lakukan dalam eco-office diantaranya mengurangi penggunaan energi, air, limbah padat, re-use, re-duce, re-cycle, penggunaan produk ramah lingkungan, melaksanakangreen procurement serta kontrol terhadap penggunaan bahan kimia.
Berikut, mungkin usaha yang dapat kita lakukan atau didiskusikan mengenai langkah-langkah dalam melaksanakan eco-office. Langkah-langkah disusun untuk membantu dalam melaksanakaneco-office secara terarah dan terkendali serta effisien. Langkah-langkah berikut mencoba mengadopsi siklus „Deeming“ (PDCA, Plan – Do – Check – Act ) yang juga digunakan dalam Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Dari siklus ini diharapkan adanya suatu perbaikan yang berkelanjutan sehingga adanya peningkatan dalam pencapaian.
Sebelum masuk dalam siklus PDCA, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu kajian atau pemeriksaan awal untuk mengetahui kondisi yang ada (existing condition). Maksud dari kajian tersebut adalah:
Mengetahui kondisi atau keadaan yang ada, sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada, yang selanjutnya untuk diperbaiki;
Diketahuinya kondisi awal sebelum program dimulai, yang kemudian dijadikan perbandingan setelah program dilaksanakan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan;
Menentukan prioritas permasalahan untuk dilakukan perbaikan. Dalam menentukan prioritas permasalahan, salah satu indikator yang harus dipertimbangkan adalah dampak dari suatu kegiatan. Kegiatan yang mempunyai dampak penting selalu menjadi prioritas.

Berikut langkah penerapan eco-office:
Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan berisikan komitmen atau janji yang akan dilakukan terkait pengendalian aspek lingkungan yang akan dikelola. Kebijakan lingkungan juga menjadi dasar penerapan eco-office.

Perencanaan (Plan)

Hasil dari kajian tersebut ditetapkan prioritas permasalahan yang akan diperbaiki, selanjutnya untuk melakukan perbaikan tersebut maka disusunlah suatu perancanaan. Dalam perencanaan di tetapkanlah tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Dalam menentukan tujuan, hendaknya tujuan tersebut spesifik dan terukur, sedangkan sasaran harus realistis dan dapat ditelusuri serta ada batasan waktu. Dalam penentuan tujuan dan sasaran keterlibatan dari Top Manajemen atau pimpinan puncak dari suatu organisasi sangat diperlukan. Selanjutnya, dalam usaha pemenuhan tujuan dan sasaran, maka disusunlah program pencapaian.
Tujuan :
Penurunan penggunaan listrik di kantor.
Sasaran :
Pengurangan penggunaan listrik pada akhir 2010 sebanyak 20% dari penggunaan tahun 2009

Pelaksanaan (Do)

Untuk memaksimalkan pelaksanakan eco-office pada suatu perkantoran, perlu juga ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya yang dimaksud adalah Sumberdaya Manusia (SDM), keuangan, waktu dan lain-lain. Jika sumberdaya telah tersedia, maka harus ditetapkan peran, tanggungjawab dan kewenangan masing-masing person/unit dalam pelaksanaan eco-office.
Hal yang juga penting dalam dalam pelaksanaan eco-office adalah memiliki orang-orang yang berkompetensi untuk melaksanakan tugasnya. Untuk memiliki orang-orang yang berkopetensi, dapat dihasilkan dengan mengikuti atau menyediakan pelatihan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan eco-office. Selain itu juga, yang terpenting dalam pelaksaksanaan eco-office adalah peningkatan kesadaran para karyawan akan pentingnya melaksankan eco-office dalam membanu perbaikan kualitas lingkungan.
Pelaksanakan eco-office sebaiknya dikomunikasikan kepada setiap orang, agar mengetahui dan terlibat dalam pelaksanaannya. Selanjutnya, segala kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan eco-office didokumentasikan.
Untuk memudahkan pelaksanaan sebaiknya disusun Prosedur / Instruksi Kerja / Standar Operasional Procedure (SOP) yang diperlukan dalam pelaksanaan eco-office.

Pengecekan (Check)

Dalam rangka mengetahui efektivitas pelaksanaan eco-office, seharusnya melakukan pemantauan dan pengukuran secara berkala dalam rangka pelaksanaan eco-office. Dari hasil pemantauan dan pengukuran tersebut dilakukan evaluasi terhadap. Dari evaluasi yang dilaksanakan akan ditemukan ketidakesuaian, untuk kemudian ketidaksesuaian tersebut dilakkan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan untuk menghindari ketidaksesuaian.
Tahap selanjutnya adalah mengaudit pelasanaan eco-office, tujuan dari pelaksanaan audit ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dibandingkan dengan tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan,

Tindakan (Action)

Pada tahapan ini, dilakukan tinjauan managemen yang dilakukan oleh top manajemen. Pada tahapan ini, pihak top managemen melakukan kajian terhadap: efektivitas penerapan, tingkat pencapaian tujuan dan sasaran. Setelah mengetahui efektivitas penerapan, tingkat pencapaian tujuan dan sasaran, maka di susun tindaklanjut dan tindakan perbaikan dalam bentuk rekomendasi untuk pelaksanaan program eco-office selanjutnya.
Gambaran pelaksanaan program eco-office di atas merupakan gambaran jika dilaksanakan dalam skala besar yaitu perkantoran, tapi jika anda ingin memulai, lakukanlah hal-hal sederhana. Sebagai contoh, jangan mencetak halaman ini jika anda tidak perlu, karena dengan mencetak anda telah menggunakan sumberdaya seperti listrik, kertas dan tinta.

Jumat, 24 April 2015

MATERIAL BAHAN BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Contohnya ; kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan suasana baru pada bangunan. Harganya pun ebih murah dan tetap kuat.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut :
a. tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
b. dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
c. dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan)
d. bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan)
e. bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

Material yang ramah lingkungan menurut kriteria diatas misalnya; batu bata, semen, batu alam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Ramah lingkungan atau tidaknya material bisa diukur dari kriteria tersebut atau dari salah satu kriteria saja, seperti kayu yang makin sulit didapat, tapi bila dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita merasa makin dekat dengan alam karena mengingatkan kita pada tumbuh-tumbuhan.

Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan.

Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.

Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.

Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).

Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.

Kehalusan permukaan dan warna bahan bangunan sangat menentukan iklim mikro di sekitar bangunan, warna cerah dan permukaan licin adalah pemantul sinar matahari yang baik dan menaikkan suhu sekitar. Warna gelap dan permukaan kasar akan membantu meredam dan menyerap sinar dan panas matahari. Bahan bangunan berpori mudah meluncurkan panas dan meluncurkannya kembali jika suhu udara disekitarnya menurun. Sangat bijaksana jika memanfaatkan bahan-bahan bangunan alami seperti aslinya untuk pelapis dinding dan lantai luar.

Berikut adalah contoh contoh pemanfaatan bahan bangunan alami (ramah lingkungan):

GENTENG SEJUK (Genteng Semen Ijuk) adalah genteng beton yang dibuat dengan campuran pasir, semen dan ijuk sebagai bahan pengisi.

Manfaat 
- Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
- Menciptakan lapangan kerja
- Digunakan sebagai penutup atap

Spesifikasi Teknis
Bahan baku : semen + ijuk + pasir
Ukuran : 38 x 23 1.2 cm
Berat : 2.5 kg/bh
Beban Lentur : 80 kg/cm2

PANEL SERAT TEBU
Pengembangan bahan bangunan dari limbah tebu menjadi papan serat tebu

Manfaat
- Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
- Mengurangi pencemaran lingkungan
- Menciptakan lapangan kerja
- Digunakan untuk langit-langit dan dinding partisi non-struktural

Spesifikasi Teknis
Bahan baku : ampas tebu + semen
Ukuran : 240 x 60 x 2.5 cm
Kuat Lentur : 40 – 50 kg/cm2

PANEL SEKAM PADI
Salah satu pengembangan bahan bangunan dari limbah sekam padi menjadi Papan Sekam Padi

Manfaat
- Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
- Mengurangi pencernaran lingkungan
- Menciptakan lapangan kerja
- Digunakan untuk langit-langit dan dinding partisi non-strukutral

Proses Pembuatan
Sekam padi direndam dalam air atau dapat langsung digiling, dicampur dengan semen,dicetak dengan alat manual. Proporsi campuran = 1 semen : 4 sekam padi atau maksimum 20%
SAWIT BLOCK

Pengembangan bahan bangunan dari limbah SAWIT menjadi Conblock

Manfaat
- Menunjang program pembangunan RS/RSS dan rusun
- Mengurangi pencemaran lingkungan
- Menciptakan lapangan kerja
- Digunakan untuk dinding partisi non struktural

Spesifikasi Teknis
Komposisi camp. :
1 PC : 6 Agregat ( 20% Limbah + 80% Pasir)
Ukuran : 8 x 20 x 40 cm
Kuat Lentur : 25 kg – 35 kg / cm2

Papercrate (kertas bekas sebagai bahan dinding)
Kertas bekas yang dimaksud disini adalah berupa kertas yang mempunyai tekstur kasar seperti kertas Koran atau kardus, yang dihancurkan menjadi semacam bubur kertas dan diolah lagi menjadi bata kertas agar dapat digunakan untuk penggunaan lebih lanjut sebagai material bahan bangunan.

SPESIFIKASI KERTAS BEKAS (PAPERCRATE)
· Mempunyai massa dan berat yang sangat ringan
· Bersifat lembek, sehingga mudah dibentuk
· Cukup kuat dalam menahan gaya vertikal
· Mempunyai bentuk yang ramping, sehingga memudahkan dalam pengemasan dan distribusinya

KELEBIHAN PENERAPAN KERTAS BEKAS (PAPERCRATE) PADA DINDING
- Mampu menyerap panas
- Meredam suara / kebisingan
- Tidak mengandung racun
- Biaya produksi murah
- Daya kering yang cepat
- Penggunaan semen yang sedikit
Linoleum: Bahan Pelapis Lantai Ramah Lingkungan
Bahannya elastis, tersusun dari material anorganik dan organik. Pilihan warna dan ragam yang banyak memberi keuntungan untuk desain-desain masa kini. Bahan pelapis lantai ini populer di Eropa. Banyak pilihan warna dan desainnya. Produk ini bisa menjadi alternatif bahan untuk lantai rumah kita, lantai area komersial, bahkan rumah sakit karena mudah dipasang, dirawat, dan dibersihkan. Untuk memasangnya hanya butuh permukaan rata seperti lantai semen, lalu diberi perekat khusus. Kalau mau afdol, perekatnya juga pakai yang ramah lingkungan.

Sebagai bahan lantai, jika tak lagi dibutuhkan, Linoleum mudah diurai kembali oleh tanah, alias ramah lingkungan. Inilah yang menjadi salah satu kelebihannya. Standar Eropa yang ketat tentang material ramah lingkungan membuat bahan ini dipergunakan sebagai salah satu alternatif pilihan para desainer. Syarat yang ketat itu bisa dipenuhi oleh bahan pelapis Linoleum ini. Ada satu hal penting juga yang menjadi keunggulan, yaitu daya tahannya terhadap panas, dan tahan terhadap api lebih baik dari plastik dan kain.

Linoleum, bahan yang terbuat dari bahan alami yang terukur dan dihasilkan dari sumber daya yang bisa diperbaharui. Terdapat setidaknya enam bahan utama, linseed oil, rasin, woodfloor, limestone, pigment, jute . Linoleum pada produk lantai terbagi menjadi tiga bentuk produk, yakni marmoleum yang menampilkan motif-motif warna dan corak alami, artoleum yang menampilkan corak kayu, dan Walton yang menghasilkan corak-corak yang memiliki tekstur.
·
TEMPURUNG KELAPA

Salah satu bagian pohon kelapa yang pada saat ini belum banyak digunakan adalah tempurung kelapa (batok) kelapa. Tempurung kelapa yang banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional dari sisa pemecahan buah kelapa saat ini sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar. Sebenarnya, tempurung kelapa (atau sisa berupa pecahan-pecahan) dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi bahan yang lebih bermanfaat dibanding hanya sebagai bahan bakar saja. Oleh karena itu melalui rekayasa yang tepat, maka tempurung kelapa dapat dibentuk menjadi mozaik ubin bahan bangunan yang antik, unik, alami dan menarik

SPESIFIKASI TEMPURUNG KELAPA
Mempunyai bentuk asli berupa serat – serat serabut
Cukup empuk dan hangat
Bersifat sedikit tembus pandang sehingga terlihat pengisinya
Mampu menyerap panas
Cukup baik untuk aplikasi akustik (menyerap bunyi karena rongga pada serat)
Tahan air