Tampilkan postingan dengan label Malaikat hidupku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Malaikat hidupku. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 April 2015

NYAWA HIDUPKU

Di tengah sunyinya gelapnya malam
Yang menemaniku, kurasakan rinduku padamu
Bintang-bintang malam tersenyum, tertawa padaku
Melihat sikapku rindukanmu
Inginku berlari menembus sang waktu, untuk dapatkanmu
Memeluk dirimu selalu
Sungguhku tak bisa berpisah denganmu, walaupun sedetik
Karenaku begitu mencintaimu
Cinta dalam hatiku, hanyalah untuk dirimu
Takkan terganti di hatiku selamanya
Tak mungkin bisaku hidup tanpa kasih sayangmu
Separuh jiwamu t’lah di hatiku

Kamis, 26 Maret 2015

Nak, Sebelum Kamu Hidup Bersama Putriku di Masa Depan, Mau Kah Kamu Membaca Pesanku Ini?


“Kalau kamu mengerti, aku akan tenang mempercayakan putriku padamu.” 
Untuk orang yang akan menemani putriku, yang akan menua bersama hingga maut datang menjemput.

Halo, nak. Sebelumnya aku tidak pernah bertemu denganmu, tapi aku tahu bagaimana efek kehadiranmu di hidup putriku karena aku melihat ada perubahan di diri putriku. Tahukah kamu kalau dia jadi lebih lama ketika mandi? Aku tahu setiap kali ia membawa berbagai produk kecantikannya masuk ke kamar mandi, dia pasti akan menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi. Tahukah kamu dia menghabiskan waktunya di depan laptop untuk belajar membuat masakan kesukaanmu? Satu kali, dua kali, tiga kali dia mencoba dan aku serta istriku dan seisi keluarga sering jadi kelinci percobaannya. Tahukah kamu bahwa dia sering grogi sebelum pergi bersamamu? Dia menghabiskan waktu berjam-jam di kamarnya cuma memilih baju terbaik dan dandan secantik mungkin. Padahal menurutku, apapun yang dipakai putriku, ia selalu terlihat cantik. Tahukah kamu bahwa dia sering pulang, masuk ke rumah dengan senyum yang sangat lebar setiap kali pulang dari pergi bersamamu? Senyum itu dulu cuma jadi milikku dan istriku, ketika kami membelikannya boneka kesukaannya. Senyum itu cuma jadi milikku dan istriku ketika ia tampil di pentas sekolah dan berhasil menemukan kami di tengah keramaian.

Aku tidak marah, aku juga tidak iri. Aku tahu, suatu hari momen ini akan datang. Momen dimana aku akan memegang tangannya untuk yang terakhir kali dan menyerahkannya kepadamu. Momen dimana aku akan pensiun jadi pahlawannya dan kamu yang akan menggantikan peranku itu. Walau aku tahu, dia akan selalu menganggapku sebagai pahlawan nomor satu dalam hidupnya. Tapi percayalah, nak. Dia juga akan mengandalkan dirimu.

Jadi, aku cuma ingin berpesan. Maafkan kalau aku memang cerewet, tapi percayalah, istriku bisa menulis sebuah novel 1.000 halaman dan aku mungkin hanya akan menulis dua sampai tiga halaman saja. Nak, putriku mungkin bukan perempuan paling sempurna yang akan kamu temui di dunia, dia juga bukan perempuan paling cantik yang mungkin hadir di hidupmu. Tapi kamu harus yakin dan percaya sebelum menghabiskan sisa hidupmu bersama dirinya, dia lah satu-satunya perempuan yang memang pas dan cocok untuk hidup bersamamu setiap hari. Yakinkan dirimu bahwa dia satu-satunya perempuan yang bisa membantumu menjadi lelaki yang lebih kuat, lebih baik dan lebih dewasa setiap hari. Aku tahu, hidup kalian nanti tidak akan selalu penuh dengan tawa seperti yang kalian jalani sekarang, tapi aku ingin kalian berdua tetap memegang erat tangan satu sama lain, jangan pernah lepaskan, sehebat apapun badai yang menerpa kalian.

Tolong pertahankan senyum lebar yang selalu ia pasang setelah bertemu dirimu, karena aku dan istriku tidak akan selalu di sana untuk membuatnya tersenyum.

Tolong bantu dia untuk berdiri dan berjalan, bahkan berlari ketika dia terjatuh seperti yang aku dan istriku lakukan ketika dia masih jadi putri kecil kami.

Tolong tegur dan peringati putriku kalau dia memang berjalan ke arah yang salah, seperti yang aku dan istriku lakukan ketika dia salah mengambil jalan dalam hidup.

Yang terpenting, buat putriku selalu merasa dia berada di rumah ketika bersamamu. Tidak ada yang lebih penting selain rumah karena di sana tempat kalian berteduh, berlindung dan berkumpul bersama. Rumah adalah tempat pelarian terakhirmu. Buat dia nyaman, buat dia bahagia karena aku dan istriku tidak akan selalu di sini untuk membahagiakannya. Aku tidak bisa memberikan cinta seperti yang kamu berikan kepadanya, jadi aku yakin kamu punya kemampuan untuk mengerti dirinya.

Baiklah, aku sekarang sudah terdengar seperti istriku. Terima kasih sudah mendengarkan pesan panjangku ini. Aku sudah lebih lega sekarang seraya melihat kalian berdua menua bersama-sama.



Ditulis penuh rasa syukur dan bahagia,

Calon Ayah Mertuamu.




MALAIKAT HIDUPKU




Cinta seorang ibu itu menenangkan, cinta seorang ayah itu menguatkan. Jika cinta itu adalah rasa peduli, maka sebabnya ayah selalu menasehati tiap kesalahan anak-anaknya. Ayah mampu menepis air matanya karena Tuhan memberi bahu yang kuat untuk menompang kesedihan. Ayah selalu punya 1000 alasan untuk tetap berjuang. Kalau sedang didekat ayah itu rasanya begitu tenang, bebas dari ketakutan. Ayah memberi ketenangan dan perlindungan bagi anak-anaknya. Punggung ayah ialah penyangga rumah kita. Sayangi dia selagi bisa melihat ia tersenyum. Cinta ayah itu terkadang tak terlihat karena ia tak pandai untuk menunjukannya. Pengorbanan seorang ayah itu tak pernah ada alasan ada apa dan kenapa, yang ia tahu hanya demi keluarganya

Ayah Ibu, engkau dan pengorbananmu sungguh begitu mulia, maafkan aku yang tak pernah memberikan apa apa untukmu. Yang aku bisa berikan adalah kesuksesanku kelak. Panjangkan umur mereka yaAllah agar bisa berdiri disampingku kelak ketika aku mengenakan sebuah toga sampai aku bisa mewujudkan target untuk kalian yang harus aku capai ketika aku lulus nanti, Tetaplah bersamaku, berikan aku kesempatan untuk membahagikan kalian malaikat hidupku